tebang.
Joop Oude Lohuis, manager Unit Iklim dan Keberlangsungan Global dari Lembaga Penilaian Lingkungan Belanda memberikan rincian lebih lanjut.
Doctor Joop: Kita mengansumsikan bahwa padang rumput yang tidak digunakan oleh ternak lagi dibiarkan ke keadaan alami mereka. Jadi bukan menggunakannya untuk tujuan lain seperti pertanian intensif, tetapi dibiarkan kembali ke keadaan alami mereka. Dan untuk alasan itu, beberapa bagian dari dunia ini akan tumbuh menjadi hutan dan menyimpan lebih banyak karbon.
Dengan begitu dapat dikatakan ada keuntungan ganda. Satu, ada ruang lebih untuk menanam makanan untuk seluruh dunia dan di sisi lain Anda memiliki lebih banyak tanah yang dapat digunakan untuk menyimpan CO2.
3. Jumlah Hewan Ternak di Bumi
Sekarang kita akan meninjau jumlah hewan ternak di atas Bumi. Sangat penting untuk menghitung jumlah hewan ternak di Bumi secara tepat untuk menghitung jumlah emisi peternakan sebagai penyebab dari 51% lebih emisi gas rumah kaca global yang disebabkan oleh manusia.
Dalam perhitungan mereka, penulis dari World Watch mengasumsikan jumlah yang lebih tinggi dari hewan ternak yang ada di Bumi daripada yang dilaporkan oleh Bayangan Panjang Peternakan.
Bayangan Panjang Peternakan memperkirakan ada 21,7 miliar hewan ternak di planet ini berdasarkan data tahun 2002. Sedangkan Dr. Goodland dan Bapak Anhang memakai perkiraan 50 miliar hewan ternak yang didukung oleh informasi dari berbagai organisasi non-pemerintah dan juga beberapa angka dari Organisasi Pangan dan Pertanian itu sendiri.
Untuk memperkirakan selisih ini, mereka menambahkan 10% dari perkiraan FAO. Dari kedua perbandingan itu, jumlah hewan ternak di atas planet jauh lebih banyak daripada populasi manusia: 6,7 miliar.
4. Potensi Pemanasan Global Gas Metana
Sang penulis menambahkan hampir 8% dari jumlah yang diperkirakan oleh FAO tentang emisi dari peternakan, dengan anggapan bahwa lebih cocok untuk meninjau dampak metana dalam periode waktu yang lebih singkat.
Laporan FAO menyelidiki pengaruh metana dan gas rumah kaca lainnya dalam periode waktu 100 tahun sehingga membuat efek dari CO2 menjadi lebih menonjol dan efek metana lebih berkurang. Dalam waktu 100 tahun, metana hanya 25 kali lebih panas daripada CO2 dalam kaitannya dengan potensi pemanasan global.
Secara kontras, artikel “Peternakan dan Perubahan Iklim” mengevaluasi pengaruh metana dalam periode waktu 20 tahun yang mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih besar daripada CO2, dan dalam periode waktu 5 tahun metana 100 kali lebih panas daripada CO2.
Sekarang pertanyaannya adalah: Di antara CO2 dan Metana, manakah yang harus ditangani terlebih dahulu dan mengapa?
Planet ini memanas dengan sangat cepat, jadi cara terbaik untuk mendinginkan planet dengan seketika adalah dengan segera mengurangi produksi dari gas yang berusia lebih pendek.
Ilmuwan Panel Antarpemerintah Urusan Perubahan Iklim PBB Dr. Kirk Smith dari Universitas Kalifornia, Berkley, AS telah mengatakan bahwa bahkan jika dunia beralih ke ekonomi nol-karbon hari ini, akan tetapi planet ini akan tetap memanas hingga ke tingkat yang berbahaya. Selain itu, teknologi ramah lingkungan untuk menciptakan ekonomi nol-karbon saat ini masih sangat sedikit dan belum ada yang diterapkan secara luas.
Dalam presentasi beliau kepada Dewan Sumber Daya Udara AS dari negara bagian Kalifornia yang berjudul “Karbon pada Steroid, Kisah yang Tak Diungkapkan tentang Metana, Perubahan Iklim, dan Kesehatan”, Dr. Smith mengusulkan bahwa walaupun penanganan emisi karbon dioksida penting untuk jangka panjang, tetapi sangatlah penting untuk mengurangi emisi metana dengan segera.
Dr. Smith (L): Sekitar 25 tahun yang lalu, ketika laporan pertama IPCC diselesaikan, dan pertemuan pertama diadakan di Rio pada KTT Bumi perubahan iklim, pada saat itu waktunya masih sangat jauh. Dan aktor terbesar dalam jangka panjang sudah tentu karbon dioksida.
Tetapi saat ini perubahan iklim semakin berefek kepada kita dan kita sudah melihat dampak utamanya, dampak lingkungannya, khususnya pencairan gletser, hilangnya es di kutub, dan seterusnya, jadi kita seharusnya menyadari bahwa keadaannya sudah darurat, dan kita harus berpikir tentang keadaan sekarang begitu juga keadaan jangka panjang.
Ilmu pengetahuan telah maju. Kita sekarang mengerti bahwa ada beberapa emisi yang masa hidupnya lebih singkat, emisi gas rumah kaca yang mempunyai efek terhadap iklim dalam jangka waktu yang lebih singkat.
Tentu saja kita harus mengurangi CO2 dalam jangka panjang tetapi jika kita ingin membuat suatu perbaikan terhadap iklim dalam 20 tahun berikutnya, maka cara untuk melakukan itu adalah menghentikan gas rumah kaca yang berusia lebih pendek, dan yang terpenting adalah metana.
Jadi, untuk 20 tahun mendatang, CO2 saat ini hanya menyumbang 40% dari total pemanasan, sedangkan 60% darinya berasal dari gas yang berusia lebih pendek, dan itu adalah metana.
PEMBAWA ACARA: Baru-baru ini, Dr. Shindell, salah satu ilmuwan NASA menyatakan bahwa panas yang dilepaskan oleh metana 20 - 40 persen lebih tinggi daripada yang diperkiraan sebelumnya. Dalam jangka waktu 20 tahun metana mempunyai potensi pemanasan 100 kali lebih besar daripada CO2 dan dalam periode 100 tahun metana memiliki potensi pemanasan global sebesar 33, dan bukannya 25.
CO2 yang Berinteraksi dengan Aerosol Menghasilkan Efek Pendinginan
Riset yang diterbitkan dalam Journal Science edisi Oktober 2009 menemukan bahwa metana bahkan memiliki potensi pemanasan global yang lebih besar dari yang dipikirkan sebelumnya karena CO2 dari bahan bakar fosil berinteraksi dengan aerosol atau partikel kecil di udara sehingga juga menghasilkan efek pendinginan.
Noam Mohr, Dosen Bidang Fisika di Universitas New York, AS menjelaskan proses ini:
Noam Mohr (L): Berdasarkan sejarah, semua sumber karbon dioksida juga mengeluarkan aerosol atau partikel kabut yang selama ini mendinginkan Bumi. Dan Dr. James Hansen yang dipandang sebagai pencetus teori pemanasan global menunjukkan bahwa dua jenis emisi ini kurang lebih saling menetralisir. Jadi pada kenyataannya, kita tidak begitu mengalami efek pemanasan karena karbon dioksida selama ini.
Jadi ketika kita membakar bahan bakar fosil, kita menghasilkan karbon dioksida yang memanaskan planet dan aerosol yang mendinginkan planet. Dan jika kita menghitungnya maka efeknya menjadi netto, menjadi sekitar nol; mereka secara kasar saling mengimpaskan. Jadi pemanasan yang terjadi sekarang kemungkin didominasi oleh sumber yang lain, terutama metana.
Kita memiliki krisis lingkungan saat ini dengan pengaruh yang kita lihat di seluruh penjuru dunia, dan jika kita ingin mengatasi pemanasan yang kita lihat saat ini, yang terbaik adalah membuat uang yang kita keluarkan menjadi bernilai untuk mengatasi gas lainnya terutama metana, dan sumber nomor satu metana adalah peternakan hewan.
PEMBAWA ACARA: Sebagai solusinya, penulis World Watch menyerukan agar orang-orang beralih ke daging tiruan dan susu nabati seperti kacang kedelai untuk membantu diri mereka beralih dengan cepat ke pola makan nabati. Peralihan itu bahkan akan meningkatkan lapangan kerja karena menanam tanaman ini tergolong padat karya.
Ahli Fisika Inggris Dr. Alan Calverd menunjukkan bahwa baru-baru ini banyak petani yang menerima subsidi dari pemerintah untuk beralih dari pemeliharaan ternak dan mendukung pertanian organik jika disubsidi oleh pemerintah mereka.
Dr Alan Calverd (L): Saya telah mengadakan diskusi singkat dengan beberapa petani melalui wawancara radio. Para petani di Inggris dan Eropa akan menanam apapun yang disubsidi pemerintah. Jika pemerintah menawarkan subsidi untuk menanam kacang kedelai dan bukannya sapi maka mereka akan menanam kacang kedelai.
PEMBAWA ACARA: Sebagai penutup, perlu dicatat bahwa para ahli perubahan iklim yang paling dihargai saat ini juga menggemakan seruan Robert Goodland dan Jeff Anhang agar pola makan di seluruh dunia segera diubah. Banyak yang menyatakannya secara terbuka bahwa semua orang harus beralih ke gaya hidup vegetarian untuk mengurangi pemanasan global.
Dr. Rajendra Pachauri, ketua dari Panel Antarpemerintah Urusan Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa menyerukan agar orang-orang makan lebih sedikit daging.
Dr. James Hansen, Direktur Goddard Institut Studi Luar Angkasa NASA telah menyatakan bahwa beralih ke “lebih banyak diet vegetarian” adalah satu-satunya tindakan paling efektif yang dapat dilakukan oleh individu untuk membalikkan pemanasan global.
Mantan Wakil Presiden AS Al Gore mengakui dampak besar dari konsumsi daging terhadap pemanasan global dan berkata bahwa ia telah mengubah pola makannya dan menyarankan untuk lebih banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran.
Lord Nicholas Stern dari Inggris mengatakan bahwa ia mengurangi konsumsi daging, dan baru-baru ini menyerukan agar pola makan vegetarian menjadi bagian dari solusi perubahan iklim.
Lord Stern, mantan ketua ahli ekonomi di Bank Dunia, penasihat pemerintah Inggris dan ahli ekonomi perubahan iklim yang menonjol, telah menyatakan, “Daging telah membosokan air dan menciptakan banyak gas rumah kaca. Memberi tekanan luar biasa terhadap sumber daya dunia. Pola makan jauh vegetarian lebih baik.
http://www.timesonline.co.uk/tol/news/environment/article6891362.ece
Pemimpin lingkungan lain yang menyoroti pentingnya pola makan vegetarian adalah Yvo de Boer, sekretaris eksekutif dari Konvensi Kerangka Kerja Urusan Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa. Mengenai pemanasan global, ia telah berkata, “Solusi terbaik adalah jika kita semua menjadi vegetarian.”
http://www.bbc.co.uk/blogs/newsnight/2008/06/is_it_time_to_turn_vegetarian.html
Kami menyanjung Dr. Robert Goodland dan Bpk. Jeff Anhang karena telah menulis “Peternakan dan Perubahan Iklim” yang telah menarik perhatian dunia terhadap fakta bahwa kebanyakan gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia berasal dari industri peternakan.
Kami dengan tulus berterima kasih kepada pemimpin lingkungan seperti Yvo de Boer, Dr. Rajendra Pachauri, Lord Stern dan banyak lagi yang lain karena mempromosikan pola makan vegetarian sebagai cara seketika untuk menghentikan perubahan iklim. Semoga kata-kata mereka yang bijak segera diindahkan agar kita dapat menyelamatkan rumah kita yang berharga.