Chris Gardner
The Pursuit of Happyness, film ini menjadi salah satu pilihan saya untuk ditonton beberapa hari yang lalu. Film ini disutradarai oleh sutradara kelahiran Italia, Gabriele Muccino. Film ini dapat dikategorikan sebagai dramatic commedy yang diinspirasikan dari kisah nyata seorang pria kulit hitam bernama Chris Gardner.
Sebenarnya siapakah Chris Gardner? dia adalah pialang saham terkenal di Amerika. Chris Gardner saat ini menjabat sebagai CEO Gardner Rich LLC. Seperti kebanyakan orang kaya dan sukes lainnya, Chris Gardner mencapai kesuksesan ini setelah melewati berbagai macam kesulitan. Sebelum menjadi orang sukses, Chris Gardner hanyalah seorang lulusan High School yang bisa dikategorikan miskin. Berkat kemauan dan usaha yang ulet dia bisa meraih kesuksesannya.
Sinopsis
Film ini mengambil latar kota San Francisco pada tahun 1981. Chris Gardner (Will Smith), seorang salesman bone-density scanners berumur 30-an tahun. Bone-density scanners ini merupakan hasil investasi uang tabungan Chris dan pacarnya yang ternyata sangat sulit untuk dijual. Chris Gardner berusaha menjual alat scan itu dari Rumah Sakit satu ke Rumah Sakit lainnya, dia memiliki target untuk menjual minimal 2 alat scan itu per bulan untuk dapat mencukupi kebutuhannya. Sementara itu istrinya membantu keuangan keluarga dengan bekerja pada sebuah pabrik.
Ternyata menjual alat scan mahal itu tidaklah mudah. Karena sulit untuk mengharapkan dari hasil penjualan alat scan tersebut, pacar dari Chris Gardner terpaksa menambah shift kerjanya. Pacar Chris Gardner Linda (Thandie Newton) menjadi semakin tertekan hidupnya karena dia malah menjadi tulang punggung keluarga karena pacarnya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Karena frustasi, Linda meninggalkan Chris Gardner dan anak tunggal mereka. Sebenarnya anak tunggal mereka Christopher (Jaden Smith) ingin dibawa oleh Linda, namun Chris melarang, Chris ingin Christopher hidup bersamanya.
Kemalangan hidup yang dialami tidak berhenti pasca kepergian pacarnya. Tagihan pajak yang belum dibayar membuat pihak IRS menyita uang tabungan Chris Gardner. Kemudian dia juga diusir dari apartemen karena menunggak pembayaran. Mobil satu-satunya milik Chris Gardner pun diamankan karena Chris tidak membayar uang parkir.
Chris Gardner tetap tegar dan mencoba mendaftar pelatihan untuk menjadi pialang saham pada perusahaan pialang saham Dean Witter. Pada pelatihan itu Chris tidak mendapatkan bayaran. Dia bersama 19 orang peserta lainnya bersaing untuk menjadi satu orang yang akan dinyatakan lulus dan dapat bekerja di perusahaan tersebut. Selain harus belajar dan bekerja magang di kantor Dean Witter, dia masih berusaha menjual alat scan yang tersisa untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup dia dan anaknya. Karena tidak punya lagi tempat tinggal dia dan anaknya harus hidup berpinda-pindah mulai dari WC umum sampai penampungan sebuah gereja.
Akhir dari film ini sudah pasti happy ending. Karena memang kisahnya diinspirasi kisah nyata. Dengan banyaknya penderitaan yang dialami oleh Chris Gardner, ditambah usaha kerasnya memang pantas meraih kesuksesan.
Ulasan
Kalau dilihat dari judulnya memang ada misspelling dalam penulisan “happyness” yang seharusnya “happiness”. Tapi hal ini hanya bisa diketahui oleh orang yang memiliki bahasa Inggris yang baik tentunya. Untuk orang seperti saya yang kemampuan bahasa Inggrisnya pas-pasan tidak sempat berpikir ada kesalahan dalam spelling-nya. Kesalahan spelling tersebut berasal dari tulisan tempat penitipan anak, tempat Christopher dititipkan. Makna dari “Pursuit of Happiness” ini memang cocok sekali dengan kisah filmnya. Perjuangan Chris Gardner untuk meraih kebahagiaan memang mendominasi cerita film ini.
Kisahnya sangat menyentuh sekali terutama kisah sang ayah yang berjuang untuk kebahagiaan dia dan anaknya. Kutipan berikut “You got a dream, you gotta protect it. People can’t do something themselves, they wanna tell you that you can’t do it. You want something? Go get it” layak untuk dijadikan referensi bagi kita yang sedang dalam usaha untuk meraih sesuatu. Tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini selama kita masih bisa berusaha.
Di awal tulisan sempat saya tulis kisah film ini dinspirasi dari kisah nyata. Kata diinspirasi saya pilih karena memang kisah filmnya tidak mutlak diambil dari kisah nyata. Ada beberapa perbedaan antara di film dan kenyataannya. Perbedaan antara kisah nyata dan filmnya antara lain mengenai lama pelatihan yang dalam kisah nyatanya berlangsung 10 bulan bukan 6 bulan, kemudian usia Christopher waktu itu sebenarnya 18 bulan bukan usia preschool. Selain itu di film diceritakan bahwa selama pelatihan tidak ada salary sama sekali. Padahal kenyataanya memang tidak ada salary namun bukan berarti tidak dibayar sama sekali. Para peserta termasuk Chris mendapat US $ 1000 per bulannya. Sepertinya hal ini disengaja untuk menambah dramatis cerita film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar